Jumat, 09 Desember 2011

Permainan Tradisional di Era Globalisasi

Cublak cublak suweng, suwenge ting gelenter mambu ke tundung gude, pak empong lela lelo sopo guwu ndhelik ake. Sir.. sir pong del’e gosong sir… sir… pong del’e gosong“. Kalimat diatas merupakan segelintir lagu yang mengiringi anak-anak melakukan permainan tradisional yang bernama “Cublak Cublak Suweng” dimana ada seorang anak dengan posisi telungkup dan anak-anak yang lain menengadahkan tangan mereka di punggung si anak yang telungkup tersebut sembari tangan yang lain memutarkan sesuatu ke setiap tangan yang menengadah tersebut. Setelah lagu tersebut selesai, maka anak yang telungkup tersebut kembali berdiri dan menebak siapa diantara anak-anak yang menengadahkan tangan tersebut yang memegang benda yang sebelumnya telah diputar.
Permainan tradisional tersebut merupakan satu contoh dari ribuan permainan tradisional yang ada di Indonesia. Namun permainan-permainan tradisional tersebut kini mulai terkikis keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di kota-kota besar dan mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal permainan tradisional yang ada padahal permainan tersebut adalah warisan dari nenek moyang rakyat Indonesia. Semakin tidak populernya permainan tradisional tersebut dikarenakan telah banyak munculnya permainan-permainan yang lebih atraktif dan menyenangkan hati anak-anak sekarang ini dan kesemua permainan tersebut adalah murni produk dari luar Indonesia. Sebagai contoh dibanjirinya Indonesia dengan PlayStation (PS) yang merupakan produk dari Jepang dimana sekarang telah mencapai versi yang ketiga. Dengan banyaknya permainan elektronik maupun non elektronik yang menyenangkan dan menghibur yang ada dipasaran Indonesia, maka sedikit demi sedikit keberadaan dari permainan tradisional semakin tersisihkan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa permainan-permainan yang sekarang membanjiri pasar Indonesia lebih menarik, atraktif, menghibur dibandingkan dengan permainan tradisional dan akan membuat banyak anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya bersama permainan-permainan tersebut. Disamping itu, banyak orang tua sekarang lebih senang membelikan permainan-permainan elektronik maupun non elektronik tersebut untuk anaknya daripada mengajarkan anak-anak mereka permainan-permainan tradisional yang dulu pernah dilakukan oleh para orang tua tersebut. Entah karena alasan tidak ada waktu untuk mengajari yang dikarenakan disibukan oleh pekerjaan atau karena menganggap permainan tersebut sudah ketinggalan jaman dan tidak perlu diajarkan kepada anak-anak mereka.

0 komentar:

About This Blog

Blog Archive

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP