Jumat, 09 Desember 2011

Tugas dari Media dalam kebudayaan

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pesatnya sistem komunikasi modern seperti surat kabar, radio dan televisi telah menggeser media Pertujukan di Indonesia. Fenomena yang dirasakan sekarang, bahwa masyarakat yang dulu sering menggunakan jasa kelompok seni Pertunjukan seperti wayang, calung, reog, longser, ludruk, ketoprak dan seni tradisional lainnya, sekarang masyarakat telah beralih pada bentuk kesenian lain (seni modern) sementara media televisi swasta nasional lebih banyak menayangkan acara dalam bentuk hiburan diluar seni pertunjukan Kondisi di atas tidak hanya sebatas berkurangnya animo masyarakat terhadap media seni pertunjukan tradisional indonesia tetapi mengancam pula terhadap hilangnya sejumlah seni Pertunjukan Tradisional. Di Jawa Barat berdasarkan hasil penelitian dari proyek penunjang peningkatan kebudayaan daerah Jawa Barat pada tahun 1980 tercatat ada 352 jenis kesenian yang pernah hidup dan berkembang (baca: sumedang cekas), jika dilihat dari semakin berkurangnya animo masyarakat maka sebagaian seni tardisional Jawa Barat diprediksi sudah punah.
Sekalipun banyak media massa modern bermunculan, media seni Pertunjukan Tradisional masih memegang peranan penting dalam penyebaran informasi publik pada saat sekarang, sebagaimana disampaikan Dr. Budya Pradipta “Bahwa media Pertunjukan bersifat strategis dilihat dari sistem informasi dan komunikasi. Dengan alasan karena media Pertunjukan meng-cover semua pengetahuan secara sinergis misalnya pengetahuan dan penghayatan karawitan yang disinergiskan dengan ilmu politik, pengetahuan, segala macam ilmu yang dibutuhkan manusia, juga kemampuan menyergap aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang saat ini.” (berita Depkominfo )
Selain itu peran media seni Pertunjukan dalam penyebaran informasi masih relevan dan memiliki kelebihan sebagai berikut:
Pertama,
Keberadaan media seni Pertunjukan yang berangkat dan digali dari akar budaya masyarakat itu sendiri merupakan bagian yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat yang notabene sebagian besar penduduk Indonesia, khususnya Jawa Barat tinggal di pedesaan dan memiliki keterikatan dengan budaya dan nilai-nilai tradisional.
Kedua
Dalam menyampaikan pesan pada media seni Pertunjukan penuh dengan kesederhanaan dalam penggunaan bahasa (merakyat), lebih familier, komunikatif, mudah dimengerti oleh komunitas sasaran selain itu penyampaian kritik-kritik sosial yang dikemas dalam bentuk guyonan atau banyolan cenderung lebih menyentuh dan lebih dapat diterima ketimbang melalui media lain yang menonjolkan sikap emosional, atraktif dan konfrontatif.
Sebagai antisipasi masalah tersebut diatas hendaknya:
1. Sering diadakan event yang berhubungan dengan seni pertunjukan agar masyarakat lebih mencintai tradisi negeri sendiri daripada tradisi negara lain.
2. Menghidupkan kembali realitas kehidupan seni masyarakat Pertunjukan di Indonesia, media Pertunjukan tradisional yang berdasarkan kekayaan seni tradisional yang dimiliki oleh masing-masing daerah yang saat ini seolah-olah terpinggirkan. Sehingga dengan adanya forum ini, keberadaan seni Pertunjukan masyarakat diharapkan bisa tetap eksis ditengah desakan moderitas di era globalisasi saat ini.
3. Memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaku maupun penikmat seni Pertunjukan
4. Membangun kantong-kantong budaya di lingkungan permukiman masyarakat
5. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya memelihara kekayaan budaya tradisi melalui kantong-kantong budaya itu.
6. Membangun jejaring dengan berbagai pihak di luar masyarakat yang berbasis teknologi informasi yang menghasilkan informasi tentang budaya dan kemungkinan-kemungkinan pengembangannya (website, TIM, televisi, radio, rumah produksi, festival kesenian tradisional, penelitian dan penulisan buku);

0 komentar:

About This Blog

Blog Archive

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP