Jumat, 09 Desember 2011

"Bahasa" penyebab lunturnya kebudayaan Jawa

Dalam konteks studi ini bahasa itu merujuk pada bahasa Jawa yang merupakan bahasa sehari-hari bagi mayoritas masyarakat Jawa. Bahasa Jawa itu terdiri atas beberapa tingkat-tingkat tutur kata berbeda yang digunakan sesuai dengan pangkat atau posisi seseorang supaya menyampaikan rasa hormat kepada mereka sewaktu disapa. Sehingga rasa harmonis dilestarikan antara semua anggota masyarakat Jawa. Kedua tingkat tutur utama yang dipakai masyarakat Jawa adalah tingkat krama dan ngoko. Bahasa Jawa krama itu dipakai dalam situasi formal atau kalau dua orang asing bertemu yang ingin saling menyampaikan rasa hormat. Tetapi bahasa Jawa ngoko itu lebih kasar dan dianggap tidak formal dan cocok dipakai antara teman-teman atau dengan orang yang seseorang sudah intim.   
       Beberapa orang menyatakan kelanjutan penggunaan bahasa Jawa krama serta ngoko ke masa depan tergantung generasi muda sekarang. Serta apakah mereka ingin berusaha tetap memakai semua tingkat tutur bahasa Jawa ini dalam interaksi sehari-harinya dengan masyarakat Jawa. Selain itu, sudah menjadi tanggung jawab orang tua mengajar anak-anaknya tingkat tutur bahasa Jawa itu, bukan kaum muda yang nanti belajar di sekolah atau di tempat lain. Meninggalkan pertanggungjawaban pengajaran bahasa pada guru-guru sekolah itu tak cukup memastikan rasa intim dengan penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa yang kompleks ini. Di masa depan mungkin hanya segenggam orang yang mengingati semua peraturan dan cara pengucapan tingkat tutur bahasa Jawa krama ini walau mayoritas memakai bahasa Jawa ngoko dan bahasa Indonesia saja.
       Belum tentu kalau di masa depan orang-orang akan terus-menerus memakai bahasa Jawa ngoko dan krama atau orang-orang akan bercenderung berfokus hanya pada pelajaran bahasa Indonesia atau mungkin bahasa lain seperti bahasa Inggris yang sekarang ini merupakan ketrampilan yang dicari para majikan. Kalau memfokuskan perubahan bahasa Jawa, harus diingat bahwa bahasa Jawa itu sebenarnya terdiri atas sembilan tingkat tutur (mungkin lebih?) dan di masa lampau secara luas dipakai masyarakat Jawa. Hanya karena perubahan terkait dengan modernisasi, kenaikan penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi serta perubahan dalam struktur masyarakat berarti belajar semua tingkat tutur itu dianggap tak penting lagi dan pembuangan waktu. Oleh karena itu, sebagaimana bahasa setempat itu berubah selaras dengan perkembangan masyarakat.

0 komentar:

About This Blog

Blog Archive

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP