Jumat, 09 Desember 2011

penggunaan Bahasa yang sudah Luntur

bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Memahami bahasa tertentu akan membantu seseorang beradaptasi dengan lingkungan. Proses adaptasi bahasa pada individu memandunya mengidentifikasikan diri pada kelompok yang memiliki bahasa.

Penelitian Chomsky menyatakan proses alamiah dalam adaptasi bahasa, perlahan membentuk ikatan sosial antara individu dan individu lain dalam sebuah kelompok masyarakat. Terbentuknya ikatan sosial menciptakan identitas kultural sebuah kelompok. Syarat yang harus terpenuhi tentu saja masih terdapat sejumlah penutur yang menggunakan bahasa tersebut.

Bahasa Lampung sebagai bahasa daerah merupakan salah satu bahasa yang masih bertahan. Saat ini, ada 13 bahasa daerah yang jumlah penuturnya lebih satu juta penutur, termasuk bahasa Lampung (Kompas, 14-11-07).

Harus disadari identitas kultural kita sebagai masyarakat Lampung mulai luntur, apalagi di kalangan generasi muda. Adat dan budaya Lampung hanya digunakan dan dipraktekkan di daerah-daerah, di kantong masyarakat asli. Di perkotaan nyaris punah.

Anak-anak muda kini gengsi menggunakan bahasa Lampung. Bahasa Lampung seolah-olah menjadi bahasa kampungan, kalah dengan bahasa gaul ala anak muda Jakarta.

Ancaman punahnya bahasa Lampung, seperti yang ditulis Muhammad Hasim (Lampung Post, 25-2), mungkin dapat saja terjadi. Selain masyarakat Lampung asli bukanlah mayoritas, kenyataan menunjukkan bahasa Lampung tidak menjadi tuan rumah di daerah sendiri.

Orang Lampung tidak percaya diri memakai bahasa Lampung dalam berkomunikasi, terlihat juga orang Lampung asli tidak mampu memengaruhi pendatang menggunakan bahasa Lampung. Jika ini terus terjadi, tentu saja bahasa Lampung akan menjadi bahasa yang ditinggalkan penutur.

Bandingkan dengan daerah Sumsel, Jawa ataupun Sunda. Di daerah-daerah tersebut, mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat sedapat mungkin berkomunikasi dengan bahasa-bahasa tersebut. Di Palembang, orang Jawa, Lampung, Padang atau suku-suku lain begitu datang dan menetap di daerah itu langsung menggunakan bahasa setempat; begitu juga di Bandung, Semarang, dan lainnya.

0 komentar:

About This Blog

Blog Archive

About This Blog

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP